Selasa, 10 Juni 2014

Biomekanika

PENGUKURAN PERKEMBANGAN FISIK

1.      Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

2.      Tinggi Badan (TB
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan informasi penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak. Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi maksimal dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini keuntungannya adalah pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri. Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti umur yang tepat, jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB kemudian dipetakan pada kurve TB atau dihitung terhadap standar baku dan dinyatakan dalam persen. TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
·         90-110% = baik/normal
·         70-89% = tinggi kurang
·         <70 kurang="kurang" o:p="o:p" sangat="sangat" tinggi="tinggi">

Cara Mengukur tinggi badan :
1)      Lepas sepatu atau alas kaki.
2)      Berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, telapak kaki menapak pada alas
3)      Ukur tinggi badan mulai dari tumit sampai puncak tengkorak dengan tongkat pengukur.
4)      Catat hasil yang ditunjukan tongkat pengukur dalam satuan ( cm )

3.      Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara berkala daripada sewaktu-waktusaja.
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan hidrosefalus.
Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi. Pada 6 bulan pertama kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :
1)      Siapkan pita pengukur (meteran)
2)      Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya
3)      Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

4.      Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun). Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat. Selain itu terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakan tidak nyaman bagi anak-anak.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
1)      Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil
2)      Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3)      Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
4)      Catat hasilnya

5.      Lingkar Pinggang
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.
Berikut ini cara mengukur lingkar pinggang dengan benar:
1)      Gunakan meteran yang biasa digunakan untuk membuat baju. Lepaskan kaus dan bebaskan pinggang dari rok atau celana panjang sehingga bagian tengah perut terekspos. Berdirilah di depan cermin jika mungkin sehingga Anda dapat mengukur lingkar pinggang dengan benar.
2)      Tekan jemari Anda pada batang tubuh di dekat bagian kanan pinggang. Tekan jari-jari pada kulit untuk menemukan tulang dasar panggul. Teruslah menekan dan pindahkan jari di sepanjang tepi tulang pinggul sampai Anda menemukan lengkungan atas tulang tersebut. Titik tertinggi akan terletak di sisi batang tubuh, hanya sedikit di bagian bawah tulang iga.
3)      Posisikan meteran secara horizontal di spot atas tulang pinggang. Kemudian lingkarkan di seputar perut dan seluruh batang tubuh. Pastikan meteran itu melintang secara horizontal. Tempatkan ujung meteran angka 0 di spot sementara sisanya melingkari perut dan batang tubuh.
4)      Jangan mengecilkan perut. Berdirilah tegak dan buang napas dengan lembut ketika Anda mengukur perut. Pastikan juga agar pita meteran itu tidak menekan kulit perut. Lihatlah pada nomor di mana angka 0 bertemu dengan angka terakhir yang melingkari pinggang. Itulah ukuran pinggang Anda.

6.      Tebal Lipatan Kulit (TLK)
Tebal Lipatan Kulit (TLK) merupakan pencerminan tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit yang lebih spesifik. Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis sehingga dengan mengukur lapisan lemak (TLK) dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam tubuh. Hasilnya dibandingkan dengan standar dan dapat menunjukkan status gizi dan komposisi tubuh serta cadangan energi. Makna klinisnya adalah TLK ini dapat digunakan untuk menganalisis kecukupan energy anak. Bila dikaitkan dengan indeks BB/TB, ia dapat menentukan masalah nutrisi yang kronik. Pada keadaan asupan gizi yang kurang (malnutrisi misalnya), tebal lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal pada anak dengan asupan gizi yang berlebihan (overweight sampai obese). Sehingga parameter ini juga dapat bermakna penting bagi pengaturan pola diet anak khususnya yang mengalami kegemukan (overweight sampai obese). Selain itu, pemeriksaan TLK bila dikaitkan dengan nilai LLA misalnya pada otot triseps dapat dipakai untuk menghitung massa otot.
Regio tubuh umum tempat dilakukannya pengukuran TLK dengan menggunakan skinfold calliper adalah regio trisep, bisep, subskapula, suprailiaka, dan betis. Pengukuran dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya, ditarik menjauhi tubuh kemudian menempatkan kaliper diantara cubitan kulit tersebut. Hasil pengukuran dinyatakan dalam millimeter yang kemudian hasil penjumlahan beberapa regio tersebut dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan persentase lemak tubuh. Oleh karena itu diperlukan pengalaman dan keterampilan pengukur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Cara mengukur lipatan kulit :
1)      Pegang Skinfold Caliper dengan tangan kanan.
2)      Untuk triceps, pengukuran dilakukan pada titik mid point sedangkan untuk subscapular, pengukur meraba scapula dan meencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula.
3)      Angkat lipatan kulit pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah kulit pada pengukuran triceps (ibu jari dan jari telunjuk menghadap ke bawah) atau ke arah diagonal untuk pengukuran subscapular.
4)      Jepit lipatan kulit tersebut dengan Caliper dan baca hasil pengukurannya dalam 4 detik penekanan kulit oleh Caliper dilepas.

7.      Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,mudah diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak memerlukan waktu lama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit dapat mempengaruhi pengukuran BB seperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ (organomegali), hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk menilai status nutrisi. Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa umur yang tepat, jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama dengan pengukuran BB dipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap standar yang diacu. BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan dalam persentase
Ø       120 % : obesitas
Ø       110-120 % : overweight
Ø       90-110 % : normal
Ø       70-90% : gizi kurang
Ø       70% : gizi baik
Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi:
a.       Ringan = kehilangan 5-15%,
b.      Sedang = kehilangan 16-25%,
c.       Berat = kehilangan >25%
Cara mengukur berat badan dengan menggunakan alat timbangan berat badan :
1.      Lepas alas kaki, jam tangan dan pakean luar.
2.      Sesuaikan jarum penunjung timbangan hingga sejajar angka nol kg.
3.      Naik keatas timbangan dan berdiri ditengah-tengah.
4.      Catat hasil angka yang ditunjukan jarum penunjuk dalam satuan kg.

RUMUS BERAT BADAN IDEAL : ( TB – 100 ) – 10% ( TB – 100 )
Berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :
·         Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
·         Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 = n + 9
           2                       2
·         Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
·         Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus :
Umur (tahun) X 7 – 5

                  2

Instrumen Tes Kemampuan Fisik

Instrumen Tes Kemampuan Fisik
      Menurut Johnson dan Nelson (1969:1) “Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau pengukuran, yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau pengetahuan dan kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di dalam aktifitas jasmani.” Kirkendal (1987) menyatakan bahwa, “tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau objek.”
Secara khusus tes yang digunakan adalah tes prestasi. Winarno (2007:61) menyatakan “tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah mempelajari sesuatu.” Dalam halini tes prestasi yang dimaksudkan tes kemampuan fisik sehingga instrumen ini masuk kategori achievement test.
       Sugiyanto (1993:66), menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan baik apabila memenuhi kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel, mudah diadministrasikan dan ada norma penilaiannya”.
a.       Kekuatan otot tungkai, leg dynamometer
Untuk mengetahui kekuatan otot tungkai dengan menggunakan tes leg dynamometer. Tujuan tes adalah untuk mengukur kekuatan kelompok extensor tungkai. Pelaksanaan tes : berdiri diatas tumpuan leg dynamometer, kedua lengan memegang bagian lengan tongkat, pegangan setinggi bagian kemaluan, sabuk pengaman dililitkan antara pinggang dengan kedua ujung tongkat pegangan. Gerakannya : tarik tungkai dengan kedua tangan bersamaan dengan meluruskan kedua lutut, pada akhir gerakan kedua lutut hampir lurus sepenuhnya.  Penilaian yaitu hasil yang dapat dicatat dari nilai tertinggi yang diperoleh selama melakukan tes sebanyak 2-3 kali. Hasil masing-masing testee dapat dibaca pada petunjuk yang berada di atas bantalan leg dynamometer.
b.      Kekuatan otot lengan. Pull and push dynamometer.
Tujuan: Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong. Alat: pull and push dynamometer.Petugas: (1) pemandu tes dan (2) pencatat skor. Pelaksanaan: Testee berdiri tegak dengan kaki direnggangkan dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull & push dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali. Penilaian: Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg. dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
c.       Daya tahan otot perut. AAHPERD Modifield Sit-ups(AAHPERD 1980)
Untuk memperoleh data daya tahan otot perut dilakukan dengan menggunakan instrumen tes sit-up, Nelson (1986:132). Testee harus menempelkan kedua lengan di depan dada dan melakukan sit-up dengan cara menyentuhkan siku kiri ke lutut kanan, dan siku kanan ke lutut kiri. Gerakan tersebut dilakukan sebanyak mungkin.
d.      Daya tahan otot lengan. Modifield Push-up
Untuk memperoleh data kekuatan otot perut dilakukan tes dengan menggunakan instrument push-up, Nelson (1986:139). Posisi awal: testee mengambil posisi tidur menelungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di bawah dada testee. Kedua tangan testeeterletak di lantai di bawah kedua bahunya, siku dipertahankan atau dikunci dalam keadaan lengan diluruskan. Seluruh tubuh lurus, tidak ada bagian tubuh yang menyentuh lantai kecuali kedua tangan dan tumitnya. Kedua kaki diregangkan sejauh 30 cm. Pelaksanaan: Testeemembengkokkan lengannya, badan diturunkan sampai dadanya dapat menyentuh tangan penghitung dan dorong kembali ke posisi awal. Tubuh harus tetap dipertahankan dengan lurus sepanjang melakukan gerakan.Testee melakukan kegiatan sebanyak mungkin tanpa harus berhenti.
e.       Daya tahan otot tungkai. Half squat jump test
Untuk mengetahui daya tahan otot tungkai dapat diketahui dengan tes squat jump, Nelson (1986:137), pelaksanaan: orang coba berada pada sikap jongkok dengan salah satu tumit kaki yang lainya berada di depan, sedangkan kedua tangan saling berkait diletakkan dibelakang kepala, pandangan ke depan. Orang coba lemompat ke atas sehingga tungkai lurus, lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang,dengan posisi setengah jongkok (half squat). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian sampai orang coba tak dapat melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan tersebut di atas.
f.       Power otot tungkai. Vertical Jump
Johnson dan Nelson (1986:219), untuk mengetahui power otot tungkai masing-masing testee yaitu dengan tes Vertical Jump. Tujuan tes adalah untuk mengukur power kaki melompat ke atas. Tingkatan usia untuk tes ini adalah individu yang berusia 6 tahun sampai usia perguruan tinggi. Tes ini baik dilakukan untuk laki-laki dan perempuan.
g.      Power otot lengan. Two Hand Medicine Ball Put

Untuk memperoleh data power otot lengan dengan cara atlet melakukan lempar bola medicine, yang dalam hal ini diganti dengan menggunakan bola basket. Caranya dengan menghitung jarak antara jatuhnya bola dengan tempat dudukatlet pada waktu melempar, dengan satuan meter. Setiap atlet melakukan dua kali kesempatan melempar bola, dan diambil yang terjauh dari hasil lemparanya. Nelson (1986:214).

Instrumen Tes Kecepatan

Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Istilah “tes” berasal dari bahasa Prancis, yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda – benda lain, seperi tanah, batu, pasir, dan sebagainya. Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri.
Tes merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang haus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Berdasarkan jumlah peserta didik, tes hasil belajar ada dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secaa kelompok. Tes perorangan, yaitu tes yang dilakukan secara perseorangan.
A.    Pengembangan Tes Bentuk Uraian Disebut bentuk uraian, karena menurut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dilihat dari luas sempitnya materi yang dinyatakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a.       Uraian terbatas, dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.
b.      Uraian bebas, dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
B.     Pengembangan Tes Bentuk Objektif Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salahdan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu : a. Benar – Salah (True-False, or Yes-No) b. Pilihan Ganda (Multiple Choice) c. Menjodohkan (Matching) d. Jawaban Singkat (Short answer) dan Melengkapi (Completion)
C.     Pengembangan Tes Lisan Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Kebaikan tes lisan antara lain dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan, tidak perlu menyusun soal secara terurai, dan kemungkinan peserta didik menerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan sering muncul unsur subjektivitas.
D.    Pengembangan Tes Perbuatan Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Tes tindakan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan / peilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
Kelebihan tes tindakan adalah sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara pengetahuan teori dan ketrampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap, serta dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek . Kelemahan tes tindakan adalah memakan waktu lama, membutuhkan biaya yang besar, dan membosankan, memerlukan syarat-syarat yang lengkap.
Dalam permainan sepak bola terdapat beberapa teknik dasar yang harus dikuasai, diantaranya menggiring bola, menendang bola, menghentikan bola, dan mengoper bola. Mengenai teknik dasar permainan sepak bola adalah sebagai berikut:
Teknik sepak bola dapat dibagi dalam dua bagian:
a.       Teknik tanpa bola (teknik badan)
b.      Teknik dengan bola
Teknik tanpa bola dapat dibedakan menjadi:
a.       Teknik lari
b.      Teknik melompat
c.        Teknik gerak tipu
d.      Teknik dengan bola dapat dibedakan menjadi:
a)      Teknik menendang bola
b)      Teknik menerima bola
c)      Teknik menyundul bola
d)     Teknik menggiring bola
e)      Teknik melempar bola
f)       Teknik menipu lawan
g)      Teknik merampas bola
h)      Teknik penjaga gawang
Penguasaan keterampilan teknik dasar bagi seorang pemain sepak bola adalah penting, karena sangat berkaitan dengan tujuan permainan sepak bola yaitu memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri dari serangan lawan. Tanpa penguasaan teknik yang memadai maka tujuan permainan sepak bola cenderung tidak akan tercapai.
Tes untuk mengukur kecepatan (speed)
Tes yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan berlari pemain sepak bola yaitu:
a.       Tes lari sprint 20 m
b.      Tes lari sprint 40 m
c.       Tes untuk mengukur kelincahan (agility)
Tujuan : Mengukur kecepatan lari.
Tingkat usia : 6-17 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan.
Reliabilitas : Belum ada.
Validitas : Face Validity
Alat (perlengkapan):
a.       Alat tulis atau bollpoint.
b.      Stopwatch.
c.       Bendera start.
d.      Lintasan lari.
Pelaksana: 
a.       Satu orang sebagai starter.
b.      Satu orang pengambil waktu (timer).
c.       Satu orang pencatat hasil.
Pelaksanaan:
a.       Lari dengan start berdiri.
b.      Pada aba-aba “siap” teste siap untuk lari dengan sikap start berdiri.
c.       Pada aba-aba “ya” disertai dengan starter mengangkat bendera dan testi berlari secepat mungkin menuju ke garis finish menempuh jarak 50 yard.
d.      Pengambilan waktu dilakukan dari waktu bendera diangkat sampai testi tepat melintas garis finish. 
e.       Waktu dicatat sampai persepuluh detik.
f.       Kegagalan
g.      Testi mencuri start.
h.      Testi tidak melewati garis finish.
i.        Pelari terganggu pelari lain.
j.        Pelari yang gagal harus mengulangi lagi setelah istirahat cukup.
Penilaian:
a.       Nilainya adalah waktu yang dicapai untuk menempuh jarak yang telah ditentukan. 
b.      Waktu dicatat sampai seperseratus detik.
Berikut ini adalah petunjuk tehknis dalam pelaksanaan tes untuk atlet usia 15 tahun ke bawah dan atlet usia 16 tahun:
Tes Kecepatan
Bentuk tes       : Lari 40 meter
Tujuan             : mengetahui kecepatan atlet
Alat ukur         : Stopwatch
Fasilitas           : Lintasan sepanjang lebih dari 40 meter
Norma Pengukuran Norma Tes Lari Kecepatan 40 meter
Putri    Status    Putra
< 5,4 det    Sangat baik    < 5,2 det
5,4 - 6,6 det    Baik    5,2 - 6,0 det
6,6 - 7,2 det    Cukup    6,0 - 6,4 det
7,2 - 9,0 det    Kurang    6,4 - 7,6 det
> 9,0 det    Kurang sekali    > 7,6 det
Petunjuk tehknis:
a.       Membuat lintasan 40 meter dengan memberi tanda garis start dan garis finish.
b.      Pelaksanaan:
1)      Atlet berdiri pada posisi standing start tepat dibelakang garis start.\
2)      Setelah ada aba-aba "Ya" siswa/siswi berlari secepat-cepatnya menuju garis finish.
3)      Catat waktu yang ditempuh pada jarak 40 meter
4)      Dilakukan dua kali tes dengan istirahat tidak lebih dari tiga menit.
c.       Satuan pengukuran : Hasil dinyatakan dalam detik dan diukur sampai 0,1 (sepersepuluh detik).

d.      Hasil tes    : Hasil adalah waktu yang terbaik dari kedua tes.