BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini
memang ada pendapat yang menganggap pekerjaan penjas adalah tugas yang paling
ringan. Hanya dengan berbekal peluit dan sebuah bola sambil berteduh di bawah
pohon pelajaran berlangsung dengan sendirinya. Anak-anak dibiarkan bermain
sendirinya sampai tiba waktunya masuk kembali. Itulah kesan umum tentang
pendiddikan jasmani di Indonesia dan seolah-olah sudah banyak ditemui di
mana-mana.
Modal ini
dimaksud untuk mengubah pandangan umum tentang penjas dan berusaha meyakinkan
bahwa pelajaran penjas sebagai pelajaran yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika selama ini penjas belum dilaksanakan dengan baik, hal
ini karena pemahaman tentang penjas belum sesuai dengan muatan falsafah dan
tujuan penjas yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan yang menjadi
batasan masalah dalam makalah untuk pembahasan selanjutnya adalah sebagai
berikut :
1.
Kedudukan dan makna pendidikan jasmani ?
2. Ruang
lingkup pendidikan jasmani ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Dan Makna Pendidikan
Jasmani
Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap yang sangat maju,
telah pula menghadapkan bangsa kita, terutama para remaja dan anak-anak, pada
gaya hidup yang semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih
mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil mengorbankan kepentingan
keunggulan fisik dan moral individu. Budaya hidup sedenter (kurang gerak)
karenanya semakin kuat menggejala di kalangan anak-anak dan remaja,
berkombinasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan
yang memerlukan upaya fisik yang keras. Segalanya menjadi mudah, sehingga
lambat laun kemampuan fisik manusia sudah tidak diperlukan.Dikhawatirkan,
secara evolutif manusia berubah bentuk fisiknya, pada bentuk yang tidak bisa
kita bayangkan, karena banyak anggota tubuh kita, dari mulai kaki dan lengan
sudah dipandang tidak berfungsi lagi.
Dari
uraian diatas patutlah kita mempertanyakan kembali peranan dan fungsi
pendidikan, khususnya pendidikan jasmani: apakah peranan yang bisa dimainkan
oleh program pendidikan jasmani dalam kondisi dunia dan bangsa yang semakin
dihadapkan pada kuatnya potensi konflik tersebut? Apa peranan pendidikan
jasmani dalam mempersiapkan para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara
sehat dalam persaingan global sekarang dan kelak? Apa pula peranan pendidikan
jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi
kehidupan manusia yang cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang
utuh untuk menjalankan tugasnya sehari-hari?
B. Kedudukan Dan Makna
Pendidkan Jasmani Di Sekolah
1.
Pengertian Pendidikan Jasmani
Meskipun penjas menawarkan kepada
anak untuk bergembira, tidak lah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani
diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang.
Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran
selingan tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.
Pendidikan jasmani merupakan wahana
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang
penting. Oleh karena itu, pelajarn penjas tidak kalah pentingnya disbanding
dengan pelajaran lainnya seperti matematiak, bahasa, IPS, dan IPA dan
lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga
banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini
tercermin dari berbagai gambaran negative tentang pembelajaran penjas, mulai
dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri
hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya. Seperti kebugaran jasmani yang
rendah.
Jadi, pendidikan jasmani diartikan
sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olah raga. Inti
pengertiannya adalah mendidik anak yang membedakan dengan mata pelajaran lain
adalah alat yang digunakan adalah gerak insane manusia yang bergerak secara
sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam
setuasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak
didik. Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi
anak, baik dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.
2. Nilai
Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu
bagian yang tidk terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat
diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa
penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang
bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu :
v
Meningkatkan kebugaran jasmani
dan kesehatan siswa.
v
Meningkatkan terkuasainya
keterampilan fisik yang kaya.
v
Meningkatkan pengertian siswa
dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana meneraokannya dalam praktek.
Kebugaran
dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana,
teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di
lakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan
berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti
jantung dan paru-paru.konsep sehat dan sejahtra secara menyeluruh berbeda
dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk maraih gaya hidup
sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman
maupun prekteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik,
tetapi juga mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya
adalah anak lebih tahan menhadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis,
merasa aman, nyaman dan tentram dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pentingnya Pendidikan Jasmani
Kehidupan
sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan
lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah, anak kurang bergerak di rumah juga
demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini. Malah mngungkung
anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan
kesenangannya seperti menonton tv atau bermain video game. Tidak menherangkan
bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Pendidikan
jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat
sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika
mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau
gedung olah raga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang
kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Peranan
pendidikan jasmani di sekolah dasar cukup unik. Karena turut mengembangkan
dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai bebagai
keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam
kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia
sekolah hingga menjelang akil balik atau remaja di sebut pola pertumbuhan anak.
4. Gerak
Sebagai Kebutuhan Anak
Bermain adalah dunia anak. Sambil
bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segalah
macam dipelajarinya. Dari menggerakkan anggota tubuh hingga mengenali berbagai
benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia
menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan.
Belajar
dan keceriaan merupakan dual hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini
temasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya.
Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian
banyak ia bergerak kian banyak hal yang ditemui dan dipelajari. Kian baik pula
kualitas pertumbuhannya. Anak Cerdas gerak (kinestetik) biasanya menunjukkan
kemampuan dan ketrampilan gerak yang melebihi kemampuan anak seusianya.
Psikolog anak dari Universitas Paramadina, Alzena Masykouri MPsi mengatakan,
anak cerdas gerak menampilkan integrasi yang baik antara pikiran dan tubuh
secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan.
Kegiatan-kegiatan
sederhana dan sehari-hari yang berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya
memanjat pohon, menerbangkan layangan, lompat tali dengan berbagai gaya, petak
umpet, bahkan main kelereng. “Selain lihai, anak cerdas gerak mampu pula
mengembangkan ketrampilan emosi dan sosialnya melalui kegiatan
bergeraknya,”kata Alzena. Jadi tidak semata terampil, tetapi mereka juga mampu
membawakan dirinya dengan sportivitas dan interaksi antara individu yang baik.
Bila
anak tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak
mampu meniru gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun,
anak dengan kecerdasan gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal
dan menghayati gerakan-gerakan tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi
juga mampu menampilkannya dengan baik. Sedangkan pada anak yang menggeluti
bidang olahraga mereka mampu menangkap maksud pengarahan gerakan yang diajarkan
dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk menunjukkan ketrampilan teknik dalam
melakukan aktivitas olahraga tertentu. Orangtua bisa menemukan bakat anak
cerdas gerak sedini mungkin. Melalui olahraga atau seni, seperti menyanyi atau
menari, anak dapat teramati kemampuan geraknya. Alzena memaparkan, kecerdasan ini
dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak bertujuan, misalnya berjalan,
melompat, memanjat atau berlari. Bila anak terlihat mampu melakukan gerakan
dengan sangat terampil dibandingkan anak seusianya, berarti ada kemungkinan ia
memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak.
Orangtua
dapat mengembangkan cerdas gerak anak dengan mengikutsertakannya dalam kegiatan
terstruktur, misalnya les menari atau klub olahraga. Tentunya pilih klub atau
les yang memang memiliki program untuk anak usia dini (mulai 3 tahun). Orangtua
perlu mengamati minat anak yang sebenarnya. Bisa jadi ia memiliki kecerdsan
gerak, namun belum berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang melibatkan
aktivitas motorik tersebut. Jadi, jangan berharap anak langsung menyukai
kegiatan les yang dipilih.
C. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
1. Dasar
Menentukan Ruang Lingkup
Pendidikan jasmani di sekolah dasar
mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik
anak-anak dari bebagai usia. Dilihat dari berbagai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat
tiga tahapan, yaitu :
v
Tahapan akhir dari masa
kanak-kanak awal ( antara usia 5 – 7 tahun )
v
Tahapan masa kanak-kanak akhir
( middle childhood )
v
Tahapan awal dari pra-adolesen
( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun )
Pada usia di atas, anak-anak mulai
matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulative
langjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di
air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olah
raga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai
dilakasanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, longcat indah, dan
renang.
2. Ruang
lingkup Pendidikan Jasmani
Setelah dibahas tentang dasar-dasar
pertimbangan sebagai pedoman untuk menyusun program pendidikan di sekolah
dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani dapat ditentukan. Namun demikian uraian
tentang ruang lingkup ini dibatasi dan sifatnya lebih umum. Yang harus disadari
oleh semua guru penjas adalah harus diberi dorongan-dorongan untuk terus
menerus menjelajahi kemempuan-kemempuannya. Tidak ada kemajuan dalam hal
belajar gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola yang
teratur. Jangan mengharapaka keajaiban. Harus sabar dan bersifat optimis bahwa
murid kita akan mencapai kemajuan.
Tidak mudah untuk mengetahui apakah
tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang ditetapkan secara umum tersebut sudah
tercapai atau belum?. Jika program pendidikan jasmani yang kita terapkan
berhasil maka murid-murid kita akan dapat dikatakan sebagai orang-orang yang
terdidik.
D.
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh,
mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu
bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak
manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan
jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama,
yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan
alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan
bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan
dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya
pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi
aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak
langsung.
Sungguh, pendidikan jasmani ini
karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik
tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan:
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer,
penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat
pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat
jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
1.Kesatuan Jiwa dan Raga
Pertanyaan sulit di sepanjang jaman
adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan
bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi
tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa,
dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari
filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan
jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan
konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering
dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani
tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu
jiwa, tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan
jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas
fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program
pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di
sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan
jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam
masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan
kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan
termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan
demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap
falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti,
masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan
fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran
penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat
sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan
yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program
pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena
pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang
tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas
untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran
dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan
pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di
mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada
kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan
seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang
kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek)
adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.
2. Hubungan Pendidikan Jasmani
dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah
aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai
hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan
jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan
bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu
bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada
istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat
menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan
jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara
pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan.
Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk
kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan
pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus
beriringan bersama.
3. Lalu bagaimana dengan rekreasi
dan dansa (dance)?
Rekreasi adalah aktivitas untuk
mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu
definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas
diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan
jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu.
Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial.
Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan
karenanya merupakan kebutuhan semua orang.
Dengan demikian, penekanan dari
rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut,
upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas
rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan
kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering
diistilahkan dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik
orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka.
Sedangkan dansa adalah aktivitas
gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang
sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu,
yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di
samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping
sebagai kegiatan yang menyehatkan.
E. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga.
Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak
yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa
tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua
jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu
tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa
untuk:
·
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
·
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
·
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal
untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
·
Mengembangkan nilai-nilai pribadi
melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun
perorangan.
·
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam
hubungan antar orang.
·
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain
kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
Konsep
diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
F. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah,
dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah
ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan
kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum
kita dewasa.
Tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka
bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan.
Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan
dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak. Keceriaan mereka
terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka. Tidak heran
bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan
.
G. Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk
bergerak. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala
penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing
manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak .
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik,
anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan
Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang
ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai
dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang
tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang
perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara
umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1.
Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
2.
Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
3.
Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
4.
Menyalurkan energi yang berlebihan
5.
Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan
jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap
pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan
jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi,
sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani
merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan pendidikan jasmani adalah
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang
membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental,
social, emosional dan moral.
B. Saran-Saran
Untuk kemajuan pemahami di bidang
pendidikan jasmani dan cara pengajarannya. Maka penulis merasa perlu memberikan
saran kepada pembaca tentang anak didik yang akan diajar nanti. Bahwa seorang
guru penjas harus banyak menguasai keterampilan-keterampilan yang akan
diajarkan nanti kepada anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar